Nunukan

Mappadendang Warnai Tradisi Bugis Mappanre Kampong

Bagikan ke

GEMAKALTARA.COM | NUNUKAN, KALTARA – Desa Nungai Nyamuk Kec. Sebatik Timur menggelar acara maccera kampong (Selamatan Kampung, red) yang menampilkan kesenian suku Bugis

Mappadendang adalah kesenian suku Bugis yang dilaksanakan sebagai bentuk syukur atas panen padi dan juga sebagai sarana pelestarian budaya.

Acara ini biasanya melibatkan kegiatan menumbuk padi secara bersama-sama sambil diiringi nyanyian dan tarian sebagi bentuk Pelestarian Budaya:

Kegiatan budaya ini menjadi sarana untuk melestarikan adat dan tradisi suku Bugis, terutama dalam hal seni musik dam sekaligus mempererat hubungan sosial dan memperkuat rasa persatuan antar warga.

Mappadendang mempertemukan seluruh masyarakat, baik tua maupun muda, dalam satu wadah kebersamaan untuk merayakan hasil panen. Hal ini memperkuat ikatan sosial dan rasa persaudaraan di antara mereka.

Berita Terkait  29 Mahasiswa UGM Yogyakarta KKN – PPM di Kecamatan Sebatik Timur

Tradisi ini menjadi media penting untuk mewariskan nilai-nilai budaya Bugis kepada generasi muda, seperti gotong royong, kerjasama, dan penghormatan terhadap alam.

Dalam kepercayaan sebagian masyarakat, Mappadendang juga berfungsi sebagai tolak bala untuk menghindari bencana

Salah satu pelestari Mappadendang, Pandi/sukma dalam hal ini meyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai bentuk peduli kepada masyarakat dalam hal ini di pecayakan sebagai penyelangara kegiatan

“Melakukan tolak bala kampung dan sekalian untuk melestarikan adat tradisi budaya suku bugis asal Sulawesi Selatan” jelasnya.

Berita Terkait  Resmi Dibuka Bupati Nunukan, Ilau Pasisimpungan Rumpun Murut Tahun 2024 Meriahkan Rangkaian HUT Kabupaten Nunukan ke 25 Tahun

Dilanjutkan, Mappadendang adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta bentuk penghormatan kepada leluhur dan alam.

Tampak hadir dalam kegiatan tersebut, tokoh masyarakat Sebatik H. Herman Baco, SE, MM, Anggota DPRD Nunukan Ramsah serta Hamsing, Camat Sebatik Timur H. Andi Joni, dan Kapolsek Sebatik Timur  sebagi bentuk dukungan dalam melestarikan adat budaya.

Dengan melestarikan Mappadendang, masyarakat Bugis turut menjaga identitas budaya mereka dan memperkuat akar budaya yang kuat walaupun berada di perantauan.

Selain nilai-nilai sakral dan sosial, Mappadendang juga berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat, menciptakan suasana sukacita dan kegembiraan

Salah satu warga yang hadir ketika ditanyakan tentang makna kegiatan ini menyampaikan bahwa masyarakat setempat menekankan bahwa Mappadendang bertujuan untuk mappasiruntu nennia mappasitemmu deceng (bahasa Bugis) yang artinya “Untuk saling bertemu antar sesama dan saling mempertemukan kebaikan.”, selebihnya mereka bercerita orang tua yang ikut berperan sebagai pabbenrang, tukang gendang, dengan asiknya ikut bergoyang sambil bersorak gembira dengan musik Padendang.

Berita Terkait  MTQ ke XIII Kec. Sebatik Timur Tahun 2024 Sukses, Kades Bukit Aru Indah Ucapkan Terima Kasih Kepada Semua Pihak

Pandi/sukma menyampaikan acara Mappadendang menyisakan pesan luhur bagi para generasi kita, tentang bagaimana cara bersyukur,

“Dengan berbagai manfaat tersebut, Mappadendang tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga merupakan aset budaya yang berharga bagi masyarakat Bugis dan Indonesia secara keseluruhan” tutupnya.

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *